Mereview Bab 5 "Kendala Menghimpun Berita"

Kendala Menghimpun Berita
Oleh : Alfan Muttaqin

Identitas
Judul Buku    : Jurnalistik Teori & Praktik
Pengarang    : Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat
Penerbit        : PT. Remaja Rosdakara
Tahun terbit : Cetakan ke tujuh maret 2016
Kategori        : Inspirasional
Text bahasa : Indonesia

Ulasan bab

“Kendala Menghimpun Berita”

Berita Adalah Bisnis
Setelah era reformasi, pers berubah menjadi alat bisnis pengejar laba namun tidak melupakan tugasnya dalam memberikan manfaat bagi masyarakat.

Kendala Internal
Pengekangan terhadap pers tidak selalu datang dari pemerintah, namun juga pihak internal ketika misalnya berhadapan dengan pemasangan iklan yang menjadi penopang hidup media bersangkutan.

Monopoli Kepemilikan
Surat kabar yang kuat secara finansial akan kuat pula independensinya. Karena berita akan dibuat secara fair dan tidak memihak serta menyajikan komentarnya dalam bentuk multilitsed.

Kendala Iklan
Tumpukan uang memang dapat mepengaruhi sikap surat kabar dala  pemberitaannya surat kabar sendiri sebenarnya tidak perlu bernyali kecil untuk tetap melakukan fungsi sosialnya secara jDagang

Menyebut Merk Dagang
Sebagian sura tkabar melarang wartawannya untuk menulis berita dengan menyeNew merk dagang suatu perusahaan atau produk. Harian New York Times memberikan pedoman dalam penyebutan merk, yaitu ”Gunakan merk dagang jika merk dagang itu memberikan informasi yang perlu; jika merk dagang itu memberikan informasi yang berkaitan; jika peniadaannya menimbulkan tanda tanya; jika peniadaannya tamoak seperti pelit.

Hadiah dan Kedekatan dengan Sumber Berita

Amplop dan Hadiah Gratuang
Sering kita dengar istilah “wartwan amplop” yaitu uang yang diberikan kepada wartawan dengan berbagai alasan. Ada yang menganggapnya sebagai balas jasa dana da juga yang menafsirkannya agar berita mengenai dirinya dinaikan. Hal ini terjadi karena wartawan tidak akan menuliskan berita hasil wawancaranya jika tidak dibekali amplop. Pers Barat menyebutnya sebagai “freebies” atau gratisan.Pemberian hadiah,

Jurnalisme Uang
amplop, freebies atau sejenis lainnya disebut jurnalisme uang. Pers mengenalnya sebagai money journalism atau barat sering menyebutnya dengan checkbook journalism.

Konflik Kepentingan
Pokja-pokja (kelompok kerja), seksi, atau unit endekatkan ditempatkan di beat-nya dianggap akan mendekatkan wartawan dengan sumber berita. Hal ini tentuyna akan mempermudah wartawan dalam bekerja khususnya dalam pekerjaannya.

Rambu-rambu Etika dan Hukum

Kode Etik JurWartawan
Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada februari 1947 yang mengatur kode etik profesi seorang wartawan Indonesia. Kode Etik Jurnalistik PWI diubah terakhir pada 2-5 Oktober 2001 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kode Etik Jrnalistik PWI ini mengandalkan “kata hati” atau “hati nurani” wartawan.

Off-the-berita
Off-the-Record memiliki arti sebagai permintaan dari sumber berita untuk tidak menyiarkan keterangan yang dieritakan oleh sumber berita yang merupakan perjanjian antara wartawan dan narasumber.

Menyembunyikan Identitas Sumber Berita

Selalu ada kasus di mana narasumberasalkan memperbolehkan keterangannya disiarkan  identitsnya tidak dipublikasikan. Namun, ini biasanya taktik yang digunakan sumber berita untuk melepskan diri dari tanggung jawab mengenai kterangannya. Boleh melakukan itu, asalkan informasinya dapat diverifikasi dan membuat narasumber merasa bahaya.

Delik Pers
Delik pers berarti semua tindak pidana atau pelangaran yang dilakukan media massa. Dalam bahasa Inggris, delik pers biasa disebut libel.
Undang-undang
Public Libel

Jiwa kolonial masih hidup dalam Kitab  Hukum Pidana (KUHP) yang terdapat pasal-pasal mengatur mengenai kejahatan oleh pers terhadap negara dan pejabat negara serta masyarakat (public libel).

Private Libel

Delik pers yang digolongkan private libel, yaitu delik pers terhadap orang perorangan yang diatur dalam pasal-pasal KUHP mulai pasal 310-315.

Haatzaai Artikelen

Pasal-pasal haatzaai-arikelen ini menyangkut kepentingan kolonial di negeri jajahannya yang dilenturkan agar mampu menangkap siapapun yang mengkritik penguasa kolonial.

Tokoh dalam bab ini

1. Mitchell V. Charnley,
2. Rinehart
3. Wilson
4. Wiliam Howard TafEdward Cox, America ke-27
5. Laksamana Sudomo
6. Edward Cox, menantu mantan Presiden Nixon
7. Krisna Harahap, S.H,M.H.
8. Hkmat Kusumaningrat

Kelebihan

Bab ini menyajikan kisah-kisah tentang Wartawan dan Surat kabar, Surat kabar yang kuat secara finansial akan selalu kuat pula dalam mempertahankan independensinya.
Contoh independensi Tempo misalnya, terlihat ketika mereka tetap memuat ihwal berita negativ dari perusahaan kelompok PT Pembangunan Jaya, meski konglomerat properti ciputra punya kaitan kepemilikan saham di majalah tersebut.

Kekurangan

Dalam buku ini hanya mengungkapkan kita mau tidak mau harus mengakui bahwa sejak negara kita menganut sistem ekonomi pasar bebas di zaman Orde Baru, media masa bukan lagi alat perjuangan melaikan sudah tegas tegas menjadi bisnis pengejarMoral (profit-making business).

Pesan Moral

Apapun profesi yang kita jalani, apabila sesuai dengan passion yang kita miliki, kita dapat menikatinya pada ahirnya profesi apa pun yang kita jalani atau berapa pun jumlah profesi yang kita jalani, yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai profesi tersebut membuat kita keterbatasan fisik menampilkan potensi maksimal yang kita miliki.  tidak membatasi aksesibilitas terhadap teknologi manusia mampu menciptakan teknologi tersebut untuk menemukan berbagai kemudahan dalam menjalani aktifitasnya. Kesenian dan kebudayaan tidak hanya dapat di kenal melalui cara konvesional namun melalui teknologi kesenian dan kebudayaan tersebut dapat tampil dalam bentuk teknologi ataupun media lainnya.

Kesimpulan

Melalui bab ini kita bisa terinspirasi dan termotivasi untuk menjadi wartawan yang mengetahui kendala menghimpun berita dan kendala di lapangan, dan bab ini juga sangat berkualitas dan berbobot untuk kalangan mahasiswa yang ingin mengetahui dan mendalami bidang jurnalistik lebih lanjut, bukan sekedar tahu. Bukan hanya menjelaskan tentang teori-teori saja tetapi juga dalam praktiknya dilapangan. Karena memakai “bahan-bahan pustaka” atau kedalaman analisis, yang dipadukan dengan pengalaman seorang penulis selama bertahun-tahun sebagai wartawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Terapi Langit, Garisdua dengan Do'a Bag 1

Membedah Unsur-Unsur Film